KESEHATAN MENTAL
Nama Kelompok:
Andisa Putri Aulia
Chinthya Reynanda
Dina Amalia
Luh Made Priyanka Aditya
Novia Nurvitasari
Kelas: 2PA08
Judul Jurnal: Pengaruh Stres Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
PT. Perkebunan Minanga Ogan Baturaja
Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.9 No.18 Desember 2011
Penulis:
Noviansyah dan Zunaidah
Dalam
kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung mengalami stres
apabila ia kurang mampu mengadaptasikan keinginan dengan kenyataan yang ada,
baik kenyataan yang ada di dalam maupun di luar dirinya. Segala macam bentuk
stres pada dasarnya disebabkan oleh kekurang mengertian manusia akan
keterbatasannya sendiri. Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasan inilah yang
akan menimbulkan frustrasi, konflik, gelisah, dan rasa bersalah yang merupakan
tipe-tipe dasar stres (Luthan, 2006: 439). Akibat-akibat stres terhadap
seseorang dapat bermacam-macam dan hal ini tergantung pada kekuatan konsep
dirinya yang akhirnya menentukan besar kecilnya toleransi orang tersebut
terhadap stres. Stres yang dialami oleh karyawan akibat lingkungan yang
dihadapinya akan mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerjanya, sehingga manajemen
perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan organisasional bagi karyawan. Dengan
menurunnya stres yang dialami karyawan tentu akan meningkatkan kesehatan dalam
tubuh organisasi. Stres merupakan sebuah kondisi di mana seseorang dihadapkan
pada konfrontasi antara kesempatan, hambatan, atau permintaan akan apa yang dia
inginkan dan hasilnya dipersepsikan tidak pasti dan penting. PT. Perkebunan
Minanga Ogan yang merupakan salah satu perusahaan yang Setiap orang di manapun
ia berada dalam suatu organisasi, dapat berperan sebagai sumber stres bagi
orang lain. Mengelola stres diri sendiri berarti mengendalikan diri sendiri
dalam kehidupan. Sebagai seorang manajer, mengelola stres lebih bersifat pemahaman
akan penyebab stres orang lain dan mengambil tindakan untuk menguranginya dalam
rangka pencapain tujuan organisasi. Efektivitas proses komunikasi dua arah di
antara manajer dan pekerja adalah penting untuk mengidentifikasikan penyebab
stres yang potensial dan pemecahannya, karena stres akan selalu karyawan. Stres
sebagai suatu ketidakseimbangan antara keinginan dan kemampuan memenuhinya
sehingga menimbulkan konsekuensi penting bagi dirinya. Stres sebagai suatu kondisi
dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan
hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins,
2008: 368)
Dari
beberapa penomena yang terjadi pada PT. Perkebunan Minanga Ogan Baturaja, hal
yang berpengaruh bagi karyawan sehingga mengalami stres adalah konflik kerja,
beban kerja, waktu kerja, karakteristik tugas, dukungan kelompok dan pengaruh
kepemimpinan, dimana apabila pimpinan dapat bersikap bijak dan mendengarkan
aspirasi dari karyawan kemungkinan karyawan yang mengalami stres dalam bekerja
akan sedikit berkurang, walaupun ada faktor eksternal yang lain juga mempengaruhi
stres karyawan. Hal ini pula yang membuat karyawan menjadi kurang termotivasi
dalam pekerjaannya, dan pada akhirnya ada berapa karyawan yang mengundurkan diri
dari pekerjaannya karena tidak sesuai dengan apa yang karyawan tersebut
harapkan dari kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan perusahaan.
Stres
Kerja
Meskipun
terdapat berbagai defenisi dan perdebatan menganai pengertian stres kerja,
(Luthans, 2006; 440) mendefinisikan stres adalah ”interaksi individu dengan lingkungan,”
tetapi kemudian mereka memperinci defenisi sebagai berikut; ”respon adaptif
yang dihubungkan oleh perbedaan individu dan atau proses psikologi yang merupakan
konsekuwensi tindakan, situasi, atau kejadian eksternal (lingkungan) yang
menenpatkan tuntutan psikologis dan atau fisik yang berlebihan pada seseorang.”
2)
Motivasi Kerja
Pada
dasarnya motivasi dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat
mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan sehingga
berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Veithzal (2009: 838) ada
tiga faktor sumber motivasi, yakni
1)
Kemungkinan untuk berkembang.
2)
Jenis Pekerjaan.
3)
Apakah mereka dapat merasa bangga menjadi bagian dari perusahaan di
tempat
mereka bekerja
3)
Kinerja Karyawan
Pada
dasarnya, penilaian kerja merupakan faktor kunci dalam mengembangkan suatu
organisasi secara efektif dan efisien karena adanya kebijakan atau program yang
lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi, (Umam, 2010:
190). Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan
organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut, kondisi kinerja
karyawan dapat diketahui.
4)
Hubungan Stres Kerja dan Kinerja Karyawan.
Higgins
(Umar, 2000: 259) berpendapat bahwa terdapat hubungan langsung antara stres
kerja dan kinerja karyawan, sejumlah besar penelitian telah menyelidiki pengaruh
stres kerja dengan kinerja disajikan dalam model stres – kinerja (hubungan U terbalik)
yakni hukum Yerkes Podson (Mas’ud, 2002: 20). Pola U terbalik tesebut menunjukkan
pengaruh tingkat stres (rendah – tinggi) dan kinerja (rendah – tinggi). Bila tidak
ada stres, tantangan kerja juga tidak ada dan kinerja cenderung menurun. Rangsangan
yang terlalu kecil, tuntutan dan tantangan yang terlampau sedikit dapat menyebakan
kebosanan, frustasi, dan perasaan bahwa kita tidak sedang menggunakan kemampuan
– kemampuan kita secara penuh (Looker, 2005: 144). Sejalan dengan meningkatnya
stres, kinerja cendrung naik, karena stres membantu karyawan untuk mengarahkan
segala sumber daya dalam memenuhi kebutuhan kerja, adalah suatu rangsangan
sehat yang mendorong para karyawan untuk menanggapi tantangan pekerjaan.
Akhirnya stres mencapai titik stabil yang kira – kira sesuai dengan kemampuan
prestasi karyawan. Selanjutnya bila stres manjadi terlalu besar, kinerja akan
mulai menurun karena stres mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Karyawan
kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya. Akibat yang paling ekstrem adalah
kinerja menjadi nol, karyawan menjadi tidak kuat lagi bekerja, putus asa,
keluar atau menolak bekerja untuk menghindari stres.
5)
Hubungan Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan.
Motivasi
adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasaldari dalam
maupun dari luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi,
menggunakan semua kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Untuk dapat memberikan
hasil kerja yang berkualitas dan berkuantitas maka seorang karyawan membutuhkan
motivasi kerja dalam dirinya yang akan berpengaruh terhadap semangat kerja
sehingga dapat meningkatkan kinerja. Menurut Handoko (2002: 252), motivasi
adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Buhler
(2004: 191) memberikan pendapat tentang pentingnya motivasi sebagai berikut:
”Motivasi pada dasarnya adalah proses yang menentukan seberapa banyak usaha
yang akan dicurahkan untuk melaksanakan pekerjaan”. Motivasi atau dorongan
untuk bekerja ini sangat menentukan bagi tercapainya suatu tujuan, maka manusia
harus dapat menumbuhkan motivasi kerja setinggi -tingginya bagi para karyawan
dalam perusahaan. Motivasi erat kaitannya dengan timbulnya suatu kecenderungan
untk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Ada hubungan yang kuat antara
kebutuhan motivasi, perbuatan atau tingkah laku, tujuan dan kepuasan serja
kinerja. Karena setiap perubahan senantiasa berkat adanya dorongan motivasi.
Motivasi timbul karena adanya suatu kebutuhan dan karenanya perbuatan tersebut
terarah pencapaian tujuan tertentu yang pada akhirnya disebut sebagai kinerja
karyawan. Jadi, Semakin kuat motivasi atau dorongan yang diberikan oleh
pimpinan kepada karyawan maka akan semakin maksimal kinerja yang dihasilkan
oleh karyawan itu sendiri.
Analisis:
Stres
Stres merupakan suatu kondisi yang
disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan
keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut (Sarafino
2006).
Menurut Santrock (2003)
stres merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu
stres (stressor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk
menanganinya (coping).
Selye (dalam Munandar, 2001) menyatakan bahwa stres adalah tanggapan
menyeluruh dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang dating atasnya. Jadi stres
bersifat subyektif tergantung bagaimana orang tersebut memandang kondisi
penyebab stress (stressor).
Motivasi
Bila motivasi kerja rendah, maka unjuk kerjanya akan rendah
pula meskipun kemampuannya ada dan baik, serta peluangnya pun tersedia,.
Misalnya, seorang sarjana komputer bekerja dalam perusahaan konsultasi dalam
bidang teknologi informasi sebagai tenaga ahli (peluang ada, dan punya
kemampuan yang diperlukan). Namun suasana kerja, hubungan antar tenaga kerja,
kebijakan perusahaan tidak dirasakan sesuai maka 'semangat' kerjanya menurun
dengan hasil unjuk kerjanya kurang. Begitupun sebaliknya, motivasi kerja
seseorang dapat lebih bercorak proaktif atau reaktif. Pada motivasi kerja yang
proaktif orang akan berusaha untuk meningkatkan kemampuan-kemampuannya sesuai
dengan yang dituntut oleh pekerjaannya dan/ atau akan berusaha untuk mencari,
menemukan dan/ atau menciptakan peluang dimana ia dapat berunjuk kerja yang
tinggi. Sebaliknya motivasi kerja
seseorang yang lebih reaktif, cenderung menunggu upaya atau tawaran dari lingkungannya, ia baru mau
bekerja jika didorong, dipaksa (dari luar dirinya) untuk bekerja
Teori Motivasi VROOM (Teori Harapan)
Teori dari Vroom (1964) tentang
cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan
melakukan sesuatu yang ia yakini tidak dapat dilakukannya, sekalipun hasil dari
pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya
motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
·
Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
·
Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan
terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan
outcome tertentu).
·
Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti
perasaan posistif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha
menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya
menghasilkan kurang dari yang diharapkan
Seperti yang sudah di sebutkan dalam jurnal bahwa
bila tidak ada stres, tantangan kerja juga tidak ada dan kinerja cenderung
menurun. Rangsangan yang terlalu kecil, tuntutan dan tantangan yang terlampau
sedikit dapat menyebakan kebosanan, frustasi, dan perasaan bahwa kita tidak
sedang menggunakan kemampuan – kemampuan kita secara penuh hal ini berkaitan
pula dengan karakteristik kepribadian yang sehat menurut Allport yaitu:
Memiliki
kebutuhan yang terus menerus dan bervariasi serta menyukai tantangan-tantangan
baru
Tidak
menyukai hal-hal yang rutin dan mencari pengalaman yang baru.
Aktifitas
yang mengahasilkan ketegangan.
Melalui
tantangan dan pengalaman baru manusia dapat bertumbuh dan berkembang.
Menurut
Alport individu-individu yang sehat dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat
rasional dan sadar. Menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing
mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga. Namun ketika stres
terlalu besar hal tersebut berakibat menurunnya kinerja individu tersebut
karena stressnya mengganggu pekerjaan tersebut.
Menurut
Maslow, kepribadian yang sehat adalah pribadi yang mampu mengaktualisasikan
diri secara utuh. Menurut Maslow, untuk mencapai aktualisasi diri adalah dengan
memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar diantaranya kebutuhan akan fisiologis,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta, kebutuhan akan
pernghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Dengan tingkat stres kerja
yang tinggi, tentunya individu tidak dapat mengaktualisasikan dirinya secara
utuh. Individu juga tidak dapat memenuhi akan rasa aman dan kenyamanan. Bila
tingkat stres individu rendah, tentunya kinerja karyawan tersebut akan
meningkat dan ia dapat memenuhi kebutuhannya akan penghargaaan. Stres juga
mempengaruhi pemenuhan individu akan kebutuhan fisiologis nya, bila tingkat
stres tinggi kualitas tidur individu menjadi buruk dan mempengaruhi pola makan
individu tersebut. Bila individu tidak merasa tertekan, tentunya ia akan lebih
merasa nyaman dengan lingkungan kerjanya dan dapat lebih berbaur dengan sesama
teman sekerjanya. Ia juga dapat lebih fokus dengan pekerjaannyasehingga
produktivitasnya pun meningkat.