Kamis, 25 Juni 2015

Proses Berpikir dan Berbahasa pada Anak

Sebagai media dalam berpikir, bahasa sangat berkaitan erat dengan pikiran. Keterkaitan antara berpikir dan berbahasa dapat dipetakan dalam tiga pendapat, hanya menyangkut variable mana yang menjadi penyebab.
a)      Bahasa mempengaruhi pikiran
Bahasa menjadi dasar pembentuk pola pikir seorang anak. Melalui bahasa seorang anak belajar tentang atribut-atribut tertentu baik mengenai dirinya sendiri, diri orang lain dan situasi yang dialaminya.
b)       Pikiran mempengaruhi bahasa
Tanpa pikiran bahasa tidak akan ada. Menurut teori pertumbuhan kognitif, seorang anak mempelajari segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan dari perilakunya dan kemudian baru bahasa.
c)      Bahasa dan pikiran saling mempengaruhi
Hubungan antara pikiran dan bahasa bukanlah merupakan suatu benda, melainkan merupakan suatu proses, satu gerak yang terus-menerus. Pikiran berbahasa berkembang melalui beberapa tahap. Mulai anak-anak harus mengucapkan kata-kata, kemudian bergerak ke arah mengerti atau berpikir.
Orang tua, guru, dan lingkungan mempunyai peranan yang sangat vital dalam perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa pada anak-anak. Perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa pada anak akan terus meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Sudah selayaknya orang tua selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan proses belajar.
Terdapat keterkaitan yang jelas antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan berpikir. Manusia untuk dapat melakukan kegiatan berpikir dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dengan menguasai bahasa maka seseorang akan mengetahui pengetahuan.
Bahasa memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa. Dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari suatu organisme biologis menjadi suatu pribadi di dalam kelompok, yaitu suatu pribadi yang berpikir, merasa berbuat, serta memandang dunia dan kehidupan sesuai dengan lingkungan sosialnya.
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berbahasanya. Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak, seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.
Bahasa mengkomunikasikan tiga hal, yakni buah pikiran, perasan dan sikap. Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan dari awal, dengan harapan bahwa akan lebih mudah mengingat dan menarik kembali informasi dikemudian hari.
Sebenarnya, anak-anak dapat menuangkan pikiran dengan caranya masing-masing. Proses menuangkan pikiran menjadi tidak beraturan atau malah tersendat ketika anak-anak terjebak dalam model menuangkan pikiran yang kurang efektif sehingga kreativitas tidak muncul. Model dikte dan mencatat semua yang didiktekan pendidik, mendengar ceramah dan mengingat isinya, menghapal kata-kata penting dan artinya terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah atau dimana saja menjadi kurang efektif ketika tidak didukung oleh kreativitas pendidik atau anak-anak itu sendiri.
Keterkaitan antara pikiran dan bahasa dapat dipetakan dalam tiga pendapat. Perbedaan ini hanya menyangkut variabel mana yang menjadi penyebab.
a.       Bahasa Mempengaruhi Pikiran
Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya terhadap realitas. Pikiran dapat terkondisikan oleh kata yang kita gunakan.tokoh yang mendukung hubungan ini adalah Benyamin Whorf  dan gurunya Edward Sapir. Whorf  mengambil contoh bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam menjelaskan sebuah realitas. Di samping itu bahasa menjadi dasar pembentuk pola pikir seorang anak.  Melalui bahasa seorang anak belajar tentang atribut-atribut tertentu, baik mengenai dirinya sendiri, diri orang lain, dan situasi yang dialaminya.   
b.      Pikiran Mempengaruhi Bahasa
Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif yang tak asing bagi kita, yaitu Jean Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan mempengaruhi bahasa yang digunakannya.
Berbeda dengan pendapat Sapir dan Whorf, Piaget berpendapat justru pikiran lah yang membentuk bahasa. Tanpa pikiran bahasa tidak akan ada, pikiran lah yang menentukan aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa, bukan sebaliknya.
Piaget yang mengembangkan teori pertumbuhan kognisi menyatakan jika seorang kanak-kanak dapat menggolong-golongkan benda-benda tersebut. Maka perkembangan kognisi dapat diterangkan telah terjadi sebelum dia dapat berbahasa.
Menurut teori perkembangan kognisi, seorang kanak-kanak mempelajari segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan dari perilakunya dan kemudian baru melalui bahasa. Tindak tanduk atau perilaku kanak-kanak itu merupakan manipulasi dunia pada suatu waktu dan tempat tertentu. Dan bahasa hanyalah satu alat yang memberikan kepada kanak-kanak itu satu kemampuan untuk beranjak lebih jauh dari waktu dan tempat tertentu itu. Namun, jelas gambaran benda-benda dan keadaan-keadaan dunia manipulasinya dalam otak kanak-kanak tidak memerlukan bahasa.
Piaget juga menegaskan bahwa kegiatan intelek (pemikiran) sebenarnya adalah aksi atau perilaku yang telah dinuranikan dan dalam kegiatan sensomotor termasuk juga perilaku bahasa. Yang perlu diingat adalah bahwa dalam jangka waktu sensomotor ini kekekalan benda merupakan pemerolehan umum.
c.       Bahasa dan Pikiran Saling Mempengaruhi
Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh Benyamin Vygotsky, seorang ahli semantic berkebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai pembaharu teori Piaget yang menyatakan bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi. Penggabungan Vygotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak diterima oleh kalangan ahli psikologi kognitif. Kata-kata dan pikiran mempunyai hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi. Di satu sisi kata-kata merupakan media yang digunakan untuk memahami dunia serta digunakan dalam proses berpikir, di sisi lain pemahaman terhadap kata-kata merupakan hasil dari aktivitas pikiran.
Pigotsky berpendapat adanya satu tahap perkembangan bahasa sebelum adanya pikiran, dan adanya satu tahap perkembangan pikiran sebelum adanya bahasa. Kemudian, kedua garis perkembangan ini saling bertemu, maka terjadilah secara serempak pikiran berbahasa dan bahasa berpikir. Dengan kata lain, pikiran dan bahasa pada tahap permulaan berkembang secara terpisah, dan tidak saling mempengaruhi. Jadi, mula-mula pikiran berkembang tanpa bahasa, dan bahasa mula-mula berkembang tanpa pikiran. Lalu, pada tahap berikutnya, keduanya bertemu dan bekerja sama, serta saling mempengaruhi. Begitulah, kanak-kanak berpikir dengan menggunakan bahasa dan berbahasa dengan menggunakan pikiran.
Menurut Pigotsky pikiran berbahasa (verbal thought) berkembang melalui beberapa tahap. Mula-mula kanak-kanak harus mengucapkan kata-kata untuk dipahami. Kemudian bergerak ke arah kemampuan mengerti atau berpikir tanpa mengucapkan kata-kata itu. Lalu, dia mampu memisahkan kata-kata yang berarti dan yang tidak berarti.
Selanjutnya Pigotsky menjelaskan bahwa hubungan antara pikiran dan bahasa bukanlah merupakan satu benda, melainkan merupakan satu proses, satu gerak yang terus-menerus dari pikiran ke kata (bahasa) dan dari kata (bahasa) ke pikiran. Pikiran itu tidak hanya disampaikan dengan kata-kata, tetapi lahir dengan kata-kata itu. Tiap pikiran cenderung untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, dan mendirikan satu hubungan di antara benda-benda. Tapi pikiran bergerak, tumbuh, dan berkembang melaksanakan setu fungsi dan memecahkan satu masalah.
Sampai sekarang belum diketahui secara pasti mekanisme bagaimana seorang anak belajar bahasa sehingga bahasa dapat dikuasainya. Dengan mengacu pada teori Bruner,  jelaslah guru dan orang tua memegang peranan yang sangat penting  dalam perkembangan pembelajaran bahasa dan perkembangan kognitif anak. Keith (undate) menyatakan bahwa belajar bahasa merupakan proses rumit yang melibatkan berbagai faktor seperti faktor biologis, mental dan sosial.
Namun, pada saat yang bersamaan bahasa juga berperan sebagai piranti pembentuk proses mental dan berpikir anak. Berdasarkan pengamatan dan hasil penelitian yang dilakukan di luar negri, perkembangan pembelajaran bahasa usia dini dapat ditandai dengan perkembangan penguasaan kemampuan berbahasa baik unsur kemampuan bahasa seperti kosa kata dan tata bahasa maupun keterampilan berbahasa sesuai dengan perkembangan usia kalendernya.
Orang tua maupun guru dapat mengidentipikasi kelebihan serta kekurangan keterampilan bahasa sesuai dengan perkembangan usia kalendernya sebagai landasan untuk menciptakan konteks kondusif yang akan lebih mengoptimalkan pembelajaran bahasa anak-anak. Selain itu, orang tua atau guru dapat menggunakan informasi perkembangan bahasa anak sebagai dasar mengidentifikasi kelebihan serta kekurangan penguasaan ranah isi yang dikuasai anak-anak.
Hal lain yang harus menjadi kesadaran orang tua atau guru tentang perkembangan bahasa anak ialah bahwa bahasa anak adalah bahasa yang terus bergulir mengalami perkembangan menuju kemempuan berbahasa orang dewasa. Berawal dari periode diam (silent period), anak mulai menanamkan hipotesa tentang cara menggunakan bahasa berdasarkan input bahasa dari lingkungannya.
Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi untuk belajar dan sebagainya. Orang tua sangat bertanggungjawab atas kesuksesan belajar anak dan seyogianya selalu berusaha meningkatkan potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal. Pada gilirannya anak akan dapar berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan mulai berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia memberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya.

Contoh kasus, ketika anak yang berbicara menggunakan gerakkan atau tanda isyarat untuk menunjukkan keinginannya, secara bertahap dan berkembang menjadi suatu komunikasi melalui ajaran yang tepat dan jelas. Dan dalam kegiatan tersebut terjadilah proses berpikir pada anak, dengan menggunakan tanda isyarat tersebut berarti anak tersebut menginginkan sesuatu. akhirnya anak tersebut mengisyaratkan dengan gerakkan yang sama karena anak tersebut tahu apa arti isyarat yang mereka lakukan, untuk mendapatkan yang mereka inginkan.

Sumber:


Minggu, 07 Juni 2015

Persiapan Menampilkan bakat

Persiapan saya untuk penampilan hari sabtu, sudah sempurna dengan menampilkan sebuah video yang akan menampilkan tentang Design Interior rumah tiga dimensi. Karena saya lebih suka rumah yang bermodel minimalis, maka saya membuatnya dalam model minimalis dan dengan gaya yang sederhana, namun terlihat nyaman untuk dihuni. Alasan saya menyukai bidang mendesign interior dan eksterior rumah karena mendesign interior dan eksterior rumah adalah bidang yang menarik dan menyenangkan, ketia kita sedang bosan dengan sesuatu, kita bisa mencoba-coba sesuatu yang baru dengan mendesign interior dna eksterior rumah.

Dengan belajar mendesign interir dan ekterior rumah sendiri kita bisa mencoba membuat atau membayangkan design rumah untuk diri sendiri dimasa yang akan datang. Banyak furniture-furniture yang tersedia didalam aplikasi sweet home 3D kita bisa membuat rumah dan mendesign rumah tersebut dengan sesuka kita, dengan gaya apapun, entah itu model rumah elegan, mewah, minimalis dan lain-lain. Dan bisa membuat rumah yang bertingkat sesuka kita, dengan itu, maka kita bisa mengurangi kebosanan yang ada disaat tidak memiliki kegiatan, maka kita bisa mencoba sesuatu yang baru yang bisa kita pelajari.


Jumat, 24 April 2015

Gali Potensi Diri

Potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal.
Secara umum, potensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
·         Kemampuan dasar, seperti tingkat intelegensi, kemampuan abstraksi, logika dan daya tangkap.
·         Etos kerja, seperti ketekunan, ketelitian, efisiensi kerja dan daya tahan terhadap tekanan.
·         Kepribadian, yaitu pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan, serta kebiasaan seseorang, baik jasmaniah, rohaniah, emosional maupun sosial yang ditata dalam cara khas di bawah aneka pengaruh luar.
Menurut "Howard Gardner", potensi yang terpenting adalah intelegensi, yaitu sebagai berikut:
1.      Intelegensi linguistik, intelegensi yang menggunakan dan mengolah kata-kata, baik lisan maupun tulisan, secara efektif. Intelegensi ini antara lain dimiliki oleh para sastrawan, editor, dan jurnalis.
2.      Intelegensi matematis-logis, kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan pada kepekaan pola logika dan perhitungan.
3.      Intelegensi ruang, kemampuan yang berkenaan dengan kepekaan mengenal bentuk dan benda secara tepat serta kemampuan menangkap dunia visual secara cepat. Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh para arsitek, dekorator dan pemburu.
4.      Intelegensi kinestetik-badani, kemampuan menggunakan gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Kemampuan ini dimiliki oleh aktor, penari, pemahat, atlet dan ahli bedah.
5.      Intelegensi musikal, kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Kemampuan ini terdapat pada pencipta lagu dan penyanyi.
6.      Intelegensi interpersonal, kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, dan watak temperamen orang lain seperti yang dimiliki oleh seseorang motivator dan fasilitator.
7.      Intelegensi intrapersonal, kemampuan seseorang dalam mengenali dirinya sendiri. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan berefleksi (merenung) dan keseimbangan diri.
8.      Intelegensi naturalis, kemampuan

Saya Dina Amalia, amat menyukai bidang-bidang yang berkaitan dengan design, terutama design atau dekorator rumah. walaupun bidang yang saya sukai itu tidak berhubungan dengan jurusan studi yang saya pilih, namun saya tetap ingin menekuni kegiatan mendesignt tersebut untuk mengisi waktu luang saya. Saya senang merancang sesuatu yang berhubungan dengan arsitek, dengan menghias isi rumah tersebut mulai dari cat, isi kamar, isi kamar mandi dan hingga keseluruhan dalam bidang tersebut hingga detail dan hasilnya sempurna sesuai dengan yang diinginkan. dengan memilih segala furniture dan cat juga tekstur pada lantai dan dinding, dengan berkarya seperti itupun saya merasa senang untuk melakukannya untuk menghilangkan kebosanan yang sedang saya rasakan, mendesign rancangan rumah adalah hal yang paling saya sukai dan cukup saya mengerti dalam memilih segala hal yang menurut saya tepat untuk menjadi furniture atau alat-alat yang cocok berada dirumah tersebut.

Kamis, 16 April 2015

Perbedaan Bakat dan Kreativitas

Kreativitas atau Daya Cipta adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau anggitan (concept) baru, atau hubungan baru antara gagasan dan anggitan yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuwan, hasil dari pemikiran berdayacipta (creative thinking) (kadang disebut pemikiran bercabang) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari daya cipta adalah tindakan membuat sesuatu yang baru. Daya cipta di masa kini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor: keturunan dan lingkungan. Sedangkan Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir. Contoh seorang yang berbakat melukis akan lebih cepat mengerjakan pekerjaan lukisnya dibandingkan seseorang yang kurang berbakat.

Jenis-jenis bakat antara lain sebagai berikut:
1.      Bakat umum, merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.
2.      Bakat khusus, merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, pemimpin, penceramah, olahraga.
Selain itu bakat khusus yang lain, yaitu :
1. Bakat Verbal
Bakat tentang konsep – konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata – kata.
2. Bakat Numerikal
Bakat tentang konsep – konsep dalam bentuk angka.
3. Bakat Skolastik
Kombinasi kata – kata (logika) dan angka – angka. Kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik, pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional. Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemprogram komputer.(Newton, Einstein, dsb.)
4. Bakat Abstrak
Bakat yang bukan kata maupun angka tetapi berbentuk pola, rancangan, diagram, ukuran – ukuran, bentuk – bentuk dan posisi-posisinya.
5. Bakat mekanik
Bakat tentang prinsip – prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas dan alat – alat lainnya.
6. Bakat Relasi Ruang (spasial)
Bakat untuk mengamati, menceritakan pola dua dimensi atau berfikir dalam 3 dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi. Ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin. (Thomas Edison,  Pablo Picasso, Ansel Adams, dsb.)
7. Bakat kecepatan ketelitian klerikal
Bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu untuk laboratorium, kantor dan lain – lainnya.
8. Bakat bahasa (linguistik)
Bakat tentang penalaran analistis bahasa (ahli sastra) misalnya untuk jurnalistik, stenografi, penyiaran, editing, hukum, pramuniaga dan lain – lainnya.

Sumber:

2.      http://id.wikipedia.org/wiki/Daya_cipta (16 April’15)

Orang Berbakat Di Indonesia

Sandrina Azzahra seorang penari cilik yang menjadi pemenang didalam ajang pencarian bakat di Indonesia  yang lahir di Bogor, Jawa Barat pada 08 Juli 2001 yang saat ini berumur 13 tahun . Sandrina adalah anak yang memiliki kemampuan dan bakat menari yang begitu mengagumkan, Sandrina sedang mengikuti pendidikan dasar di SD Negeri Panaragan 1 Kota Bogor. Sejak umur 7 tahun, ia diikutkan dalam kelas menari oleh Ibunya gerakan dan tubuhnya yang mungil begitu lentur dan atraktif juga berenerjik menari diatas panggung yang ditonton oleh ribuan penonton seluruh Indonesia. Dengan menunjukan kemampuan menarinya yang begitu indah, Sandrina memenangkan juara 1 pada saat grandfinal acara pencarian bakat tersebut pada 27-28 April 2013. Sandrina adalah salah satu anak yang menurut saya sangatlah berbakat.

Dengan bakatnya yang begitu hebat, ia telah mengenalkan kepada dunia bahwa indonesia adalah bangsa yang begitu berbudaya dan beradat. Sandrina adalaha anak yang sudah memiliki bakat yang hebat walaupun umurnya masih belasan tahun, namun dia sudah menguasi segala gerakan-gerakan tarian yang amat indah dan menakjubkan. Sandrina pula dapat menari tarian modern, pada penampilannya terkadang dia menunjukan bakatnya menari tradisional dan di campur dengan gerakan tradisional yang begitu memikat para penonton, dan mencuri pandangan penotnon terhadap gerakan-gerakannya yang begitu bagus dan berenerjik.

Kamis, 19 Maret 2015

Proses Terjadinya Sensasi- Persepsi

Persepsi adalah proses mengenali objek atau peristiwa yang terjadi pada individu setelah mendapatkan stimulus melalui penginderaan.Stimulus tersebut bisa berbentuk cahaya dan lain-lain. Penginderaan berlangsung setiap saat ketika individu menerima stimulus melalui alat indera yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan alat peraba. Alat indera itu sebagai alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya. alat indera atau reseptor berfungsi untuk menerima stimulus, sedangkan faktor internal persepsi yaitu syaraf sensori berperan dalam meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran dan proses yang terjadi didalam otak yaitu Informasi – Encording- Recording- Storage- Retrieve. Supaya terjadi respons yang diperlukan syaraf motorik. Perhatian, agar terjadinya persepsi diperlukan perhatian, yaitu proses atau tahap pertama sebagai persiapan mengadakan persepsi. Perhatian adalah pemusatan atau pengonsentrasian seluruh aktivitas individu pada satu atau sekumpulan objek.
Faktor eksternal persepsi yaitu objek yang dipersepsi, persepsi mengandaikan adanya objek yang dipersepsi objek ini menimbulkan stimulus yang memicu atau  merangsang alat indera atau reseptor. Nilai-nilai dan kebutuhan individu pula sangat mempengaruhi proses persepsi contohnya, seorang seniman akan berbeda pengamatannya dengan yang bukan seniman. Sensasi adalah suatu perasaan yang belum dimaknai atau proses manusia dalam menerima informasi sensoris
Proses diterimanya stimulus oleh alat indera merupakan proses alamiah atau proses fisik. Stimulus yang diterima alat indera tersebut diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini biasa disebut proses fisiologis. Kemudian terjadi proses selanjutnya di otak sebagai pusat kesadaran, yang mengakibatkan individu menyadari apa yang dilihat, didengar, diraba, dan lain-lain. Proses tersebut dinamakan proses psikologis. Kemudian individu menyadari apa yang dilihat, diraba, dilihat, dan didengarnya. Respons sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai bentuk. Proses perubahan sensasi menjadi persepsi:
a.    
Stimulus: cahaya, suara, dan suhu.
b.    

Transductive: sinyal listrik , impuls syaraf
c.      Brain Primary Area: impuls syaraf menjadi sensasi
d.
 Brain Association Area: sensasi diubah menjadi image yang bermakna (persepsi)

e. Personalized Perception: pengalaman(empirisme), lingkungan, emosi, ingatan-ingatan personal akan menambah persepsi kita.